Oleh Rahma Setiyaningsih
Di
sebuah kamar, terdapat kotak berwarna hijau yang berisi seekor katak. Seorang
gadis bernama Tia baru saja memberi makan peliharaannya itu. Aneh memang!
Seorang gadis menyukai katak, yang umumnya bagi gadis lain itu menjijikan.
Menurut Tia, katak itu sangat menyenangkan dan lucu.
Malam
itu hujan turun begitu derasnya, mengguyur bumi dan seisinya. Sambaran petir
pun terdengar dimana-mana. Udara dingin menyelimuti kalbu. Tia sudah terlelap
indah dalam mimpinya.
“
Wuebek..wuebek…wuebek…” terdengar nyanyian katak begitu kerasnya.
“
Andai aku seperti mereka… pasti aku akan bahagia…” begitulah kata hati si
katak.
Sinar
matahari mulai terang dan masuk ke celah-celah jendela kamar Tia. Betapa
terkejutnya dia, ketika mendapati seorang gadis seumurannya yang tidur di
sebelahnya. Perlahan gadis itu membuka matanya, melihat tangan, kaki, wajah,
rambut dan seluruh wajahnya. Dia bangkit dan beranjak pergi menuju cermin besar
di depannya. Dipandangilah dirinya yang kini telah menjadi manusia. Rupanya
hujan dan petir semalam seolah meng-iya-kan doanya.
Tia
dan peliharaannya itu menjadi sangat akrab. Peliharaannya ia beri nama Nina,
Nina si manusia katak. Mereka selalu menhabiskan hari-harinya di taman belakang
rumah. Terdapat sebuah kolam ikan yang indah dan sejuk dipandang, dengan
beberapa bunga teratai yang bermekaran. Kemudian Tia dan Nina tumbuh menjadi
remaja. Mereka bersekolah di sebuah SMA. Di sekolah, Nina merasa jatuh cinta
untuk pertama kalinya kepada seorang cowok yang tampan dan pintar bernama Fano.
Keinginan untuk memiliki hatinya sangat besar. Hingga pada suatu saat sepulang
sekolah dia memberanikan diri menemui Fano.
“
Fano..”
“
Eh, Nina, adapa Na? ”
“
Aku mau ngomong sesuatu ke kamu Fan..”
“
Ngomong apa Na? ”
“
Aku cinta kamu Fan, kamu mau nggak jadi pacar aku? ” ungkap Nina.
Hening…
“
Say, aku cariin kemana-mana ternyata kamu di sini, Pulang yuk? ” tiba-tiba
suara gadis cantik menghampiri, Nina dan Fano.
Dia Vania,
gadis tercantik di sekolahnya. Hampir semua cowok mengidolakan sosok Vania,
gadis berkulit putih dengan rambut panjang yang terurai indah.
“ Iya sayang, tunggu sebentar ya..” ucap manis
Fano sambil mencubit pipi Vania,
Vania hanya
tersenyum.
“
Maafin aku ya Na, aku nggak bisa, aku udah terlanjur cinta sama seseorang..”
“
Siapa? ”
“
Vania..” jawab Fano tersenyum kepada Vania,
Kemudian
Nina berlari menjauh dari mereka, Fano dan Vania sepasang kekasih yang telah
membuat sakit hatinya. Dia menangis, ditengah hujan malam itu. Petir pun
kembali datang dan menyambar. Seolah sedang menyambar hati Nina.
“
Andai aku memiliki wajah yang cantik, pasti aku akan bahagia…” kata hati Nina.
Kemudian dia
terlelap dalam tidurnya, dengan harapan besar dirinya akan berubah menjadi
cantik. Hujan masih setia membasahi bumi.
Matahari
kini mulai menampakkan sinarnya, menyambut bahagia hati Nina. Tak disangka,
wajahnya menjadi sangat cantik, bahkan melebihi cantiknya Vania. Kemudian Nina
dan Tia berangkat sekolah seperti biasa. Mereka berjalan melewati kerumunan
siswa. Anehnya, hari ini para kaum cowok begitu terpesona melihat kecantikan
Nina. Dari jauh, berjalan pelan seorang diri, Andi sang kapten basket
terpopuler di sekolahnya. Dia berhenti tepat di depan Nina, sedikit membungkuk
dan berjongkok sambil meraih tangan Nina.
“
Nina kamu cantik banget ”
Nina hanya
tersenyum tersipu malu.
“
Kamu mau nggak jadi pacar aku? ”
DEG! Hatinya
berdebar tak menentu, seakan tak percaya dengan ucapan Andi. Namun dia sadar,
bahwa sekarang dia sudah menjadi gadis tercantik di sekolahnya, jadi seorang
Andi pun terpesona dan mengatakan cinta kepadanya. Lalu dengan cepat dia
menganggukan kepalanya. Tanda bahwa dia menerima cinta Andi dan mau menjadi
kekasihnya.
Setelah
beberapa bulan mereka menjadi sejoli yang selalu dilanda asmara, hari ini
adalah pertama kalinya mereka berkencan. Di sebuah rumah makan terletak di
pinggir jalan yang lumayan kumuh, sudah pasti banyak lalat dan sejenisnya di
tempat itu. Andi memesan makanan untuk mereka berdua. Tiba-tiba dia ingin pergi
sebentar ke wc.
“
Say, aku ke wc dulu ya, Cuma bentar kok! Kamu jangan pergi kemana-mana ya! ”
kata Andi sambil mencubit hidungnya.
Nina
pun hanya tersenyum. Bahagia sekali dirinya, menjadi satu-satunya gadis yang
berhasil mendapatkan hati seorang kapten basket terpopuler itu. Tak lama
kemudian, makanan pun datang, sementara Andi belum juga kembali. Perlahan lalat
mulai menghinggapi makanannya. Insting sebagai seekor katak tiba-tiba muncul di
pikiran Nina. Dia melahap habis lalat lalat itu tanpa ragu. Andi yang mendapati
kejadian tersebut langsung kaget.
“
Sayang, kamu lagi ngapain! ” bentak Andi,
Nina
terkejut mendengar ucapan kekasih hatinya itu, kemudian dia mengelap bibirnya
dengan cepat.
“
Aku nggak ngapa-ngapain kok say!” katanya gugup,
“
Tadi aku lihat Nina makan lalat itu, apa aku salah lihat ya? aneh………” gumam Andi,
Andi menatap
Nina penuh tanya. Hingga akhirnya Andi merasa alerginya kumat. Dia merasakan
gatal di seluruh tubuhnya.
“
Kamu kenapa say? ”
“
Nggak tau nih, tiba-tiba gatal, kayaknya alergiku kumat say..”
“
Hah, alergi? Alergi sama apa si say? ” Tanya Nina sambil memegang tangan Andi,
“
Aku alergi sama katak! ” jelas Andi menjauh dari Nina,
“
Kenapa kamu menjauh dari aku say? ”
“
Maaf sayang, tapi aku ngerasa makin gatal kalo deketan sama kamu! ”
“
Maksud kamu apa!!! Jadi kamu pikir aku penyebab kamu gatal-gatal, iya, hahh!!!?
Suara Nina keras, emosinya sangat tinggi.
“
Kok kamu jadi marah-marah sama aku say? Aku nggak bermaksud kaya gitu,”
“
Terus, kenapa kamu menjauh dari aku? Kamu aneh say! ”
“
Seharusnya aku yang nanya ke kamu, kenapa kamu makan lalat yang menjijikan itu?
Kamu yang aneh! Bukan aku..”
“
Terserah aku dong, aku mau makan apa, lalat itu kesukaan aku, kenapa kamu yang
sewot gini!!” emosinya semakin memuncak,
“
Kamu aneh! Kamu nggak seperti yang aku fikir, aku kira kamu orang yang lemah
lembut, tapi ternyata kamu ini orangnya keras, pemarah! Aku nggak suka sama
gadis yang kaya gitu! Lebih baik kita PUTUS..”
“
Apa? Putus? Kamu udah nggak sayang lagi sama aku? ” kata Nina memelas,
Namun Andi
tak menjawab sepatah katapun. Dia berlalu pergi karena kecewa dan rasa gatalnya
semakin memuncak. Sedang Nina kembali menangis bersama derasnya hujan.
Malam
itu Hujan masih membasahi bumi dengan petir yang menyambar keras. Udara sangat
dingin, sedingin hati Nina yang telah patah hati ditinggal kekasih hatinya.
“
Andai aku seperti mereka, menjadi manusia seutuhnya, pasti aku akan bahagia…”
kata hati Nina. Terlelaplah dia dengan harapan besar ingin menjadi manusia
seutuhnya.
Ketika
mentari bersinar perlahan cahayanya masuk ke dalam celah jendela kamar Tia dan
Nina. Matanya erbuka perlahan dan merasakan sesuatu yang sangat berbeda. Nina
merasa insting sebagai seekor kataknya sudah tidak ada. Walau pada saat itu ada
lalat yang hinggap di jendela, namun dia tidak mau melahapnya. Memang benar! Instingnya
sudah hilang. Nina bahagia sekali, karena menjadi manusia seutuhnya.
Pada
suatu hari, Tia dan Nina pergi bermain bersama teman cowoknya yang bernama Leo
dan genk-nya ke suatu tempat. Mereka tiba
di café yang lumayan jauh dari rumah Tia. Mereka menghabiskan waktu dengan
berfoya-foya, bersenang-senang tanpa memikirkan apapun. Nina yang sangat cantik
parasnya, sudahlah pasti banyak cowok yang mendambakannnya. Karena terlalu
bahagia, tidak sadar bahwa Leo memberi minuman beralkohol pada Nina. Nina hanya
menurut, dia tenggelam dalam kebahagiaannya bersama Leo. Tak lama kemudian
sekelompok polisi datang dengan pistol sebagai senjatanya. Menyergap semua orang
yang berada di tempat itu, termasuk Nina. Ternyata terjadi sebuah razia. Nina
kebingungan dengan hal seperti itu. Sebelumnya dia tidak pernah merasakan hal
seperti itu. Hiruk pikuk suara orang berlarian. Sedang polisi dengan tangkasnya
menembakkan pistol. Mereka mencegah orang-orang untuk melarikan diri. Sudah lama
tempat itu diselidiki oleh polisi sebagai tempat pengedaran Narkoba dan minuman
keras. Nina hanya bisa menangis, dia menjerit ketakutan. Di sisi lain Tia, Leo,
dan semua temannya entah pergi kemana. Mereka sibuk mnyelamatkan dirinya
masing-masing. Nina sangat ketakutan, dia berusaha melarikan diri.
“
Ya Tuhan tolong kembalikan aku seperti semula, ternyata manusia itu kejam,
nggak seindah yang aku bayangkan. Tuhan tolong kembalikan aku menjadi seekor
katak lagi..” kata hati Nina.
Hujan
pun turun dengan derasnya belum lagi petir pun ikut menyambar. Namun sayangnya,
Nina tetap saja manusia. Dia tidak berubah lagi menjadi seekor katak. Tuhan tidak
memenuhi keinginannya karena kesalahan Nina sendiri. Nina menangisi keadaannya, dia sangat menyesal. Lalu tak
sengaja dia tertembak oleh polisi saat dia mencoba melarikan diri. Dan akhirnya
nyawa Nina melayang begitu saja. Bersama penyesalannya yang teramat dalam.
Tamat
0 comments:
Posting Komentar