Selamat siang! semoga semua dalam keadaan baik dan menyenangkan. Amin.. Ini adalah blog-ku yang nantinya akan ku pos-kan cerpen^ asli buatanku, ya namanya aja lagi latihan pasti masih banyak kesalahan.
Jadi, silahkan tinggalkan komentar untuk cerpenku ini. Semoga bermanfaat, dan Thank's for all^_^..
Aku
masih terdiam dan duduk di bangku kelas. Tempat di mana aku dan dia selalu
belajar bersama dan tertawa ria. Kini bangku itu kosong tanpanya. Ku usap air
mata yang membasahi pipi sesaat aku menundukan kepala. Aku terkejut ketika
melihat secarik kertas yang tergletak di laci mejaku. Ku raih kertas itu, dan
ternayata tertulis sepucuk surat untukku.
Dear Marsha
Sha , udah lama aku pengin ngomong sesuatu sama kamu, tapi setiap kali
aku mau ngomong , kamunya pergi……….
Mungkin lewat surat ini aku
menyampaikannya.. Aku menyukaimu Sha, aku menyayangimu, dan aku mencintaimu,
Aku tau pasti kamu nggak bakal percaya semua ini.. Tapi jujur Sha, aku sayang
banget sama kamu..
Sejak pertama kali aku duduk sama
kamu, setiap kali aku menatap matamu, aku melihat adanya getaran cinta,
Marsha kaulah kedamaian di hatiku..
By
Andre Gunawan
Sesaat nafasku berhenti, dadaku sesak
penuh luka. Aku tak menyangka semua ini. Andre yang selalu duduk satu bangku
denganku, ternyata dia mempunyai perasaan yang sama sepertiku. Ya Tuhan kenapa
baru sekarang aku mengetahui perasaannya. Setelah dia pergi meninggalkanku.
Begitu beratnya menerima kenyataan ini. Andai waktuku bisa terulang kembali,
akanku sampaikan semua rasaku padanya. Tapi takdir berkata lain, kini dia telah
pergi dan takkan kembali. Semoga dia bahagia di atas sana. Aku sayang kamu
Andre, air mataku jatuh membasahi pipi seiring dengan jatuhnya air hujan yang
membasahi bumi. Aku masih terdiam di bangku ini, berharap akan dia kembali
lagi. Akhirnya ku tutup kesedihanku, aku berdiri dan meninggalkan bangku kosong
itu dengan langkah penuh penyesalan. Bayang wajah Andre masih saja
menghantuiku, aku tak bisa lepas dari senyum manisnya. Kepandaiannya akan
angka2 rumit Matematika yang membuat langkahku berat meninggalkan kelas 2 IPA
ini. Seakan dia ada di kelas ini dan ingin membantuku mengerjakan PR. Aku
berjalan meniti anak tangga dan membiarkan air hujan membasahi tubuhku. Aku tak
memperdulikan dinginnya air hujan, yang aku rasakan hari ini seperti mimpi
buruk yang baru pernah terjadi. Seketika langkahku terhenti tak sengaja aku
menabrak seorang lelaki yang tak ku kenali wajahnya hingga payung hitam di
tangannya terjatuh. “Maaf, aku nggak sengaja” hanya kata itu yang terucap dari
bibirku. Aku berlalu pergi meninggalkan lelaki dan payung hitamnya. Sesampai di
rumah tak henti2nya aku menangisi kepergian Andre yang begitu cepat. Hujanpun
tak henti membasahi bumi dan menemaniku malam ini hingga aku terlelap dengan
semua kenangan tentang Andre.
Matahari mulai menampakkan sinar
terangnya, dengan hati yang sakit karena bekas lukaku masih belum bisa terobati.
Aku menyongsong pagi yang cerah tapi secerah hatiku. Aku melaksanakan
kewajibanku sebagai siswa di SMA Pertiwi. Aku berjalan menuju kelas dengan mata
yang sembab akibatku menangis semalam suntuk, teman2 di kelas seakan mengerti
bagaimana perasaanku saat ini. Ya.. kalian tahu bagaimana rasanya kelihangan
separuh hati dari kalian, dunia gelap penuh dengan kesedihan, awan berubah
menjadi hitam yang kelam. Seketika lamunanku terbuyar karena ku dengar kerasnya
bel berbunyi itu tandanya semua siswa harus masuk ke kelas masing2. Ku lihat
lelaki tua yang botak dengan penggaris kayu di tangannya masuk ke kelasku. Ya,
dia adalah pak Narto guru Matematika di SMA Pertiwi, dia terkenal sebagai guru
yang paling galak. Buktinya kegaduhan di kelasku kini berubah seketika saat pak
Narto masuk, menjadi kelas yang sepi seperti rumah tak berpenghuni. Tetapi ada
yang berbeda kali ini, wajah pak Narto yang garang berubah menjadi ramah. Dan
ku lihat seorang lelaki sebaya denganku sedang berdiri di depan pintu dengan
payung hitam di tangannya. Hatiku bertanya Tanya siapa dia? Rasanya tak asing
lagi wajahnya, aku mulai memutar memory dan yaps! Dia adalah lelaki yang tak
sengaja ku tabrak hingga payung itamnya jatuh kemarin siang. “ Selamat pagi
anak2, hari ini kalian kedatangan teman baru dari Jakarta. Silahkan masuk
nak…dan perkenalkan dirimu.” Perkataan pak Narto membuatku penasaran dan
secepatnya aku ingin mengetahui siapa lelaki payung hitam itu. “ Perkenalkan
namaku Andre Syahputra, aku pindahan dari SMA 1 Jakarta, aku pindah ke sini
karena aku ikut orang tuaku, aku harap kalian mau berteman denganku.” Mataku
terbelak menatapnya dan saat itu ku lihat senyum yang mengembang di wajahnya,
Ya Tuhan…senyum itu mengingatkanku pada Andre Gunawan, seorang yang pernah
duduk satu bangku denganku. Aku tertegun setelah mengetahui namanya, kenapa
namanya harus Andre? Ya Tuhan, kuatkan hatiku aku tertunduk lemas karena tak
sanggup melihat senyumnya. “ Sekarang kamu duduk dengan Marsha, kebetulan
bangkunya kosong, silahkan Andre..” “ Terimakasih pak “ Aku terkejut ketika pak
Narto menyuruh Andre Syahputra untuk duduk satu bangku denganku.
Oh tidak,
aku tak bisa menolak. Karena memang tinggal 1 bangku kosong di sebelahku dan bangku itu adalah bangku
kenanganku dengan Andre Gunawan. “Marsha bolehkah aku duduk di sebelahmu?”
Tanya lelaki payung hitam itu dengan senyumnya yang mengingatkanku pada Andre.
Kepalaku mengangguk menandakan dia boleh duduk di sebelahku. Setelah itu
pelajaran Matematika pun dimulai, pak Narto mulai menuliskan angka2 rumit dan
rumus kesayangannya di papan tulis. Sebenarnya aku tak paham betul dengan
penjelasannya. Ku lirik lelaki payung hitam yang duduk di sebelahku, kelihatannya dia sangat
memperthatikan apa yang sedang dijelaskan oleh pak Narto. Mungkin dia paham
dengan dengan angka2 rumit itu, pikirku dalam hati. Hal yang paling menyebalkan
bagiku, ketika pak Narto memberikan PR. Kali ini hal itu terjadi lagi, aku tak
suka dengan angka2 rumitnya, karena aku tak bisa mengerjakan PR itu sendiri.
Dulu waktu Andre masih ada, aku selalu dibantu olehnya. Rasanya senang sekali,
dia seorang yang pandai dengan angka2 rumit itu. Aku kagum padanya, selain
kepandaiannya diapun seorang yang baik dan perhatian. Hari2 ku selalu penuh
warna dengannya, hatiku terasa lengkap atas kehadiran Andre. Namun kini,
separuh hatiku telah pergi. “ Andaikan dia masih ada, pasti aku takkan
kesulitan seperti ini,huuhh…” ucapku kesal dengan merobohkan kepalaku di meja,
aku pasrah dengan angka2 rumit dari pak Narto. “ Marsha, kamu kenapa? Bingung
ya? “ “ Iya nih..aku nggak tahu cara ngerjainnya ” jawabku lemas “ Oh..ini sih
gampang! Tinggal dibagi terus dikali 2, udah gitu dikuadratkan, ketemu deh..”
Kata Andre sambil menuliskan rumus dan angka2 rumit di buku Matematikaku,
berakhir dengan senyum manisnya. Aku tertegun melihat dia menjawab semua soal
dengan gampang dan ku lihat senyumnya, yang mengingatkanku pada sosok Andre
Gunawan. Seketika air mata yang terbendung dari tadi mulai jatuh dan menetes
membasahi pipiku. Aku melihat sosok Andre Gunawan hadir kembali dalam jiwa
Andre Syahputra lelaki payung hitam itu. “ Ya Tuhan, terimakasih karena Engkau
telah menghadirkan sosok Andre kembali padaku.” Ucap dalam hatiku. “ Hey…Sha!
Kenapa kamu menangis, apa ada masalah denganmu? Ceritakan saja padaku, aku
bersedia mendengarkannya.” Kata Andre dengan nada lembut. Hanya air mata yang
menetes, dan membuat Andre bingung. Lalu ku usap air mataku dan bertanya
padanya “ Kenapa nama kamu Andre?” “ Loh..kok malah balik nanya? Hmm..ya
mungkin karena orang tuaku suka dengan nama itu, memangnya kenapa?” “Oh…tidak
apa2, aku hanya ingin tau saja, lalu kenapa kamu bisa mengerjakan semua soal
ini dengan gampang?” Aku kembali bertanya. “ Kamu suka Matematika ya?” lanjutku
padanya. “ Iya, aku paling suka pelajaran Matematika makanya aku bisa
mengerjakan semua soal ini dengan gampang.” Air mataku kembali menetes dan kini
membanjiri pipiku. Aku tertunduk lemas, ku benamkan wajahku ke meja. Lelaki payung
hitam yang di sampingku semakin bingung melihatku. Dan tak sengaja dia
menemukan suratku dari Andre yang terselip di buku Matematika. Dia membaca
surat itu dan kembali bertanya padaku “ Apa surat ini yang membuatmu menangis?”
Ku dongakkan kepalaku dengan terbata-bata aku menjawab “ I..iiya..” “ Apa Andre
Gunawan itu kekasihmu Sha?” Pertanyaan dia semakin membuatku sakit “ Bukan ” “
Lalu siapa dia? Di surat ini tertulis jelas dia mengungkapkan semua perasaannya
padamu.” Andre semakin bingung denganku.
“ Dia adalah seorang yang pernah duduk 1 bangku denganku, dia juga sangat gemar
dengan Matematika, dia tidak pernah bingung dengan angka2 rumit dari pak Narto
” jelasku singkat. “ Di mana dia sekarang? ” “ Dia sudah pergi, pergi dariku
untuk selamanya, dia meninggalkanku di bangku kosong ini. Seminggu yang lalu
dia masuk Rumah Sakit, aku tak pernah tahu kalau dia punya penyakit jantung.
Selama dia bersamaku, dia terlihat biasa2 saja. Waktu itu aku mencoba
menghubunginya, karena aku tak pernah mendapat kabar saat itu tapi usahaku
gagal, hingga kemarin aku baru mendapat kabar darinya. Aku harap itu kabar baik
tentangnya, tapi tidak! Kabar itu membawa duka, dia meninggal karena operasi
jantungnya gagal. Lalu tak sengaja aku menemukan secarik surat ini, dari surat
inilah aku tahu tentang semua perasaannya padaku. Aku sangat menyesal dan
kehilangan dia, padahal aku juga sangat menyayanginya. Dan sejak aku melihatmu,
senyummu mengingatkanku padanya apalagi kamu gemar dengan angka2 rumit
Matematika. Kamu mirip dengannya, aku merasa sosok Andre ada pada dirimu dia
kembali hadir di jiwamu.” Aku menghela nafas setelah panjang lebar menjelaskan
pada lelaki payung hitam itu. “ Tapi aku bukan Andre yang kamu sayangi ”
singkat Andre padaku. “ Iya..kamu memang bukan dia, tapi izinkan aku untuk
berteman denganmu ” Pintaku padanya dengan perasaanku yang masih hancur. “
Baiklah..aku akan berteman denganmu, aku juga akan membantumu mengerjakan PR
Matematika dari pak Narto yang kamu anggap sulit , tenang saja… Tapi…….” Dia
menghentikan pembicaraannya seketika. “ Tapi....apa Ndre?” “ Tapi…..kamu jangan
nangis terus ya! Jelek tahu Sha..tuh lihat mata kamu sembab kayak kodok..he he
he ” Aku pun tersenyum sambil mengusap air mata yang masih tersisa di pipi.
Siang itu
tampak mendung sekali tandanya akan turun hujan, tiba saat pulang dan hujan pun
jatuh membasahi bumi. Aku mengurungkan niat untuk pulang, menunggu hujan hingga
reda. Tiba2 lelaki dan payung hitamnya ada di sampingku, dia membuka payung
hitamnya dan mengajakku untuk pulang bersama dengan payung hitamnya yang
melindungiku dari derasnya air hujan. Akhirnya aku dan lelaki payung hitam itu
pulang bersama, luka di hatiku kini terobati karena kehadiran lelaki payung
hitam. Yaitu Andre Syahputra.