Rabu, 27 Januari 2016

Aku, sayang kamu dik

Karangasem, 26 Januari 2016

Assalamu’alaikum semuanya, semoga siapapun yang membaca salamku dan bersedia menjawab Allah akan mempermudah segala urusannya. Aamiin.
Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat semua ya. Atau jika ada yang sedang sakit, semoga cepat sembuh. Dan tetap pantengin blog Ama ini ya. Hehehe.
Hey, kali ini aku sedang berada di rumah. Aku senang sekali, kembali ke tempat yang berbulan-bulan lamanya aku rindukan. Kehangatan dan kedamaian yang tak bisa ku dapat di sembarang tempat. Rumah sederhana dengan keluarga yang sangat menyayangiku, dan sudah pasti aku sangat menyayanginya. Ada bapak yang selalu ku rindukan nasehatnya. Ibu yang sangat aku rindukan senyum dan masakannya. Ada juga kakak-kakak yang selalu memperhatikan adik kecilnya ini, dan kebaikannya selalu ku rindukan. Dan ada adik-adik yang nakal, cengeng, bandel, dan sudah pasti aku rindukan tawa mereka. Yah, aku bersyukur bisa kembali merasakan ketenangan di rumah ini. Setidaknya aku bisa menghilangkan jenuh selama 2 minggu kemarin. Kalian tahu kejenuhan apakah itu? oke, aku yakin kalian banyak yang tidak tahu. Atau mungkin ternyata kalian tahu kegiatanku dan kesibukanku? Ah, kalaupun ada, itu pasti hanya hitungan jari. Yasudah, ku ceritakan pada kalian semua. Tentang betapa jenuhnya aku, tentang betapa aku harus berpikir keras untuk menjawab soal ujian semester dan memikirkan bagaimana caranya membagi waktu antara pondok dan kampus. Hmmmm.. ku hela nafas panjang dulu ya.. hehehe
Sekarang baca dengan baik beberapa kalimatku ini ya. 2 minggu yang lalu aku menempuh ujian semester 1 di kampus. Dan seperti yang terjadwalkan semua ujian dilaksanakan pagi hari sampai siang, kadang juga sampai sore. Itu baru di kampus. Di pondok pesantren pun sudah terjadwalkan ujian santri yang dilaksanakan selama 1 minggu. Waktunya sudah pasti malam. Karena pagi sampai sore kebanyakan santri masih mempunyai aktifitas di kampus. Jadi, kalau dipikir-pikir ya hampir tidak ada waktu untuk sejenak merebah di kasur empuk yang mulai lusuh. Kegiatan yang begitu penting yang tak boleh ditinggalkan salah satu darinya. Antara pondok dan kampus sama-sama ujian. Dan aku, iya, aku. Aku hanyalah manusia biasa. Yang kadang jenuh setelah sekian lama berkutat dengan huruf atau angka. Untungnya dengan tekad yang kuat dan dukungan semangat dari keluarga dan teman-teman akhirnya usailah ujian – ujian itu. Rasanya tali yang mengikat keras di kepala kini mulai lepas satu persatu. Ah, penat rasanya. Dan akhirnya semua kejenuhan itu telah ku hapus bersih tanpa sisa. Hanya dengan berada di tengah-tengah keluarga tercinta. Ya, hanya dengan cara seperti itu saja aku sudah merasa lega. Siapapun yang masih mempunyai keluarga yang lengkap, syukurilah. Semua akan terasa sangat membahagiakan ketika kita bisa mensyukuri nikmatNYA. Dan satu kenikmatan yang membuatku kini sadar betapa aku sangat menyayangi adikku. Adik perempuanku satu-satunya, Sari. Malam ini aku belum bisa tidur. Mataku masih bisa menatap jelas layar hape yang menunjukan pukul 23.30 WIB. Aku hanya berdiam diri di kamar. Sari sudah tidur sedari tadi. Ah, entah keinginan darimana tiba-tiba tanganku mengambil buku berwarna cokelat milik Sari yang berada di tumpukan buku yang lain. Perlahan ku buka, dan ku baca dalam hati. Betapa kagetnya aku, ternyata buku itu adalah buku diary Sari. Awalnya aku tersenyum dan berpikir “Konyol”. Tapi tulisan yang jika ku perhatikan dengan jelas, ternyata tulisan itu hampir mirip dengan tulisanku dulu waktu SMP. Akhirnya ku baca satu persatu dari semua isinya. Sesekali aku tersenyum sendiri. Betapa tidak? Ternyata adikku Sari, dia menyukai teman osis-nya sendiri. Ah, ini hanya kekonyolan adikku saja. Aku berpikir besok akan meledek Sari setelah ku ketahui semua tentang isi bukunya. Agaknya ini memang lancang. Tapi.. ah, biarlah.. aku kan kakak perempuan satu-satunya. Apa salahnya aku mengetahui privasinya. Hehehe
Satu persatu halaman sudah ku baca. Hingga akhirnya mata ini berhenti tepat pada sebuah tulisan “Senin 14 Desember 2015” Hey, perhatikan tanggalnya. Itu hari ulang tahunku kan? Ah, kekonyolan apa lagi yang adikku tulis? Mungkin tentang perasaannya sama si doi. Loh kok? Bukan! Sama sekali bukan tentang si doi-nya. Ini tentang AKU. Hah? Nggak salah ini tentang aku? Dan untuk memastikannya, aku kembali membaca tulisan itu hingga 3x. kalau nggak salah tulisannya gini…
“Hari ini adalah hari senin tanggal 14 desember 2015. Sebenarnya ini adalah hari ulang tahun kakakku. Mba Rahma Setiyaningsih. Dan aku ingin sekali mengucapkan selamat ulang tahun mba Rahma Setiyaningsih semoga panjang umur, selalu diberi kesehatan, semoga tambah rezekinya, semoga tambah pinter, dan bahagia. Tapi sayang, mba Rahma sedang mondok di Purwokerto.”
Deg! Serasa berhenti berdetak jantungku ini. Ternyata oh ternyata. Sari si bawel, yang susah diatur dan paling nyebelin di rumah itu… dia masih mengingat hari ulang tahunku? Bahkan sebenarnya dia ingin mengucapkan padaku? Allahu Ya Robbi.. begitu besarnya perhatian adik yang selalu ku marahi ketika dia membantah perintahku itu. Begitu besar rasa sayangnya pada kakak yang selalu memusuhinya ketika di depan Mama dan Bapak ini. Aku yang terlalu egois mungkin atau aku yang nggak peka. Bahwa ternyata dia sebenarnya sangat menyayangiku. Terimakasih dik. Kau menyadarkanku. Aku sayang kamu, dik. Maafkanlah kakak yang belum bisa membuatmu bahagia ini. Jadi kesimpulannya.. hmm, silahkan disimpulkan sendiri ya. Hehehe Sekian J

Rahma Setiyaningisih

0 comments:

Posting Komentar