Karangasem, 26 Januari
2016
Assalamu’alaikum semuanya, semoga
siapapun yang membaca salamku dan bersedia menjawab Allah akan mempermudah
segala urusannya. Aamiin.
Bagaimana kabarnya? Semoga dalam
keadaan sehat semua ya. Atau jika ada yang sedang sakit, semoga cepat sembuh.
Dan tetap pantengin blog Ama ini ya. Hehehe.
Hey, kali ini aku sedang berada
di rumah. Aku senang sekali, kembali ke tempat yang berbulan-bulan lamanya aku
rindukan. Kehangatan dan kedamaian yang tak bisa ku dapat di sembarang tempat.
Rumah sederhana dengan keluarga yang sangat menyayangiku, dan sudah pasti aku
sangat menyayanginya. Ada bapak yang selalu ku rindukan nasehatnya. Ibu yang
sangat aku rindukan senyum dan masakannya. Ada juga kakak-kakak yang selalu memperhatikan
adik kecilnya ini, dan kebaikannya selalu ku rindukan. Dan ada adik-adik yang
nakal, cengeng, bandel, dan sudah pasti aku rindukan tawa mereka. Yah, aku
bersyukur bisa kembali merasakan ketenangan di rumah ini. Setidaknya aku bisa
menghilangkan jenuh selama 2 minggu kemarin. Kalian tahu kejenuhan apakah itu?
oke, aku yakin kalian banyak yang tidak tahu. Atau mungkin ternyata kalian tahu
kegiatanku dan kesibukanku? Ah, kalaupun ada, itu pasti hanya hitungan jari.
Yasudah, ku ceritakan pada kalian semua. Tentang betapa jenuhnya aku, tentang
betapa aku harus berpikir keras untuk menjawab soal ujian semester dan
memikirkan bagaimana caranya membagi waktu antara pondok dan kampus. Hmmmm.. ku
hela nafas panjang dulu ya.. hehehe
Sekarang baca dengan baik
beberapa kalimatku ini ya. 2 minggu yang lalu aku menempuh ujian semester 1 di
kampus. Dan seperti yang terjadwalkan semua ujian dilaksanakan pagi hari sampai
siang, kadang juga sampai sore. Itu baru di kampus. Di pondok pesantren pun
sudah terjadwalkan ujian santri yang dilaksanakan selama 1 minggu. Waktunya
sudah pasti malam. Karena pagi sampai sore kebanyakan santri masih mempunyai
aktifitas di kampus. Jadi, kalau dipikir-pikir ya hampir tidak ada waktu untuk
sejenak merebah di kasur empuk yang mulai lusuh. Kegiatan yang begitu penting
yang tak boleh ditinggalkan salah satu darinya. Antara pondok dan kampus
sama-sama ujian. Dan aku, iya, aku. Aku hanyalah manusia biasa. Yang kadang
jenuh setelah sekian lama berkutat dengan huruf atau angka. Untungnya dengan
tekad yang kuat dan dukungan semangat dari keluarga dan teman-teman akhirnya
usailah ujian – ujian itu. Rasanya tali yang mengikat keras di kepala kini
mulai lepas satu persatu. Ah, penat rasanya. Dan akhirnya semua kejenuhan itu
telah ku hapus bersih tanpa sisa. Hanya dengan berada di tengah-tengah keluarga
tercinta. Ya, hanya dengan cara seperti itu saja aku sudah merasa lega.
Siapapun yang masih mempunyai keluarga yang lengkap, syukurilah. Semua akan
terasa sangat membahagiakan ketika kita bisa mensyukuri nikmatNYA. Dan satu
kenikmatan yang membuatku kini sadar betapa aku sangat menyayangi adikku. Adik perempuanku
satu-satunya, Sari. Malam ini aku belum bisa tidur. Mataku masih bisa menatap
jelas layar hape yang menunjukan pukul 23.30 WIB. Aku hanya berdiam diri di
kamar. Sari sudah tidur sedari tadi. Ah, entah keinginan darimana tiba-tiba
tanganku mengambil buku berwarna cokelat milik Sari yang berada di tumpukan
buku yang lain. Perlahan ku buka, dan ku baca dalam hati. Betapa kagetnya aku,
ternyata buku itu adalah buku diary Sari. Awalnya aku tersenyum dan berpikir
“Konyol”. Tapi tulisan yang jika ku perhatikan dengan jelas, ternyata tulisan
itu hampir mirip dengan tulisanku dulu waktu SMP. Akhirnya ku baca satu persatu
dari semua isinya. Sesekali aku tersenyum sendiri. Betapa tidak? Ternyata
adikku Sari, dia menyukai teman osis-nya sendiri. Ah, ini hanya kekonyolan
adikku saja. Aku berpikir besok akan meledek Sari setelah ku ketahui semua
tentang isi bukunya. Agaknya ini memang lancang. Tapi.. ah, biarlah.. aku kan
kakak perempuan satu-satunya. Apa salahnya aku mengetahui privasinya. Hehehe
Satu persatu
halaman sudah ku baca. Hingga akhirnya mata ini berhenti tepat pada sebuah
tulisan “Senin 14 Desember 2015” Hey, perhatikan tanggalnya. Itu hari ulang
tahunku kan? Ah, kekonyolan apa lagi yang adikku tulis? Mungkin tentang
perasaannya sama si doi. Loh kok? Bukan! Sama sekali bukan tentang si doi-nya. Ini
tentang AKU. Hah? Nggak salah ini tentang aku? Dan untuk memastikannya, aku
kembali membaca tulisan itu hingga 3x. kalau nggak salah tulisannya gini…
“Hari ini
adalah hari senin tanggal 14 desember 2015. Sebenarnya ini adalah hari ulang
tahun kakakku. Mba Rahma Setiyaningsih. Dan aku ingin sekali mengucapkan
selamat ulang tahun mba Rahma Setiyaningsih semoga panjang umur, selalu diberi
kesehatan, semoga tambah rezekinya, semoga tambah pinter, dan bahagia. Tapi sayang,
mba Rahma sedang mondok di Purwokerto.”
Deg! Serasa
berhenti berdetak jantungku ini. Ternyata oh ternyata. Sari si bawel, yang
susah diatur dan paling nyebelin di rumah itu… dia masih mengingat hari ulang
tahunku? Bahkan sebenarnya dia ingin mengucapkan padaku? Allahu Ya Robbi..
begitu besarnya perhatian adik yang selalu ku marahi ketika dia membantah
perintahku itu. Begitu besar rasa sayangnya pada kakak yang selalu memusuhinya ketika
di depan Mama dan Bapak ini. Aku yang terlalu egois mungkin atau aku yang nggak
peka. Bahwa ternyata dia sebenarnya sangat menyayangiku. Terimakasih dik. Kau menyadarkanku.
Aku sayang kamu, dik. Maafkanlah kakak yang belum bisa membuatmu bahagia ini. Jadi
kesimpulannya.. hmm, silahkan disimpulkan sendiri ya. Hehehe Sekian J
Rahma
Setiyaningisih
0 comments:
Posting Komentar